Bahasa senantiasa berkembang seiring dengan berkembangnya zaman. Salah satu tanda perkembangan bahasa adalah dengan munculnya fenomena bahasa gaul di kalangan generasi muda.

Bahasa gaul atau biasa disebut bahasa slang atau bahasa kekikian pada peserta didik khsususnya usia sekolah dasar merupakan konsekuensi atas kehadiran trend-trend global yang mulai memasuki kehidupan peserta didik. Semakin besar interaksi peserta didik dengan media sosial dalam hal ini internet maka akan semakin besar juga kemungkinan potensi bahasa gaul semakin berkembang di kalangan anak usia sekolah dasar.

Bahasa gaul sendiri menjadi tantangan bagi semua pihak terutama bagi pendidik di sekolah-sekolah. Bukan hanya merusak eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam program pendidikan dan pengajaran tetapi juga mengakibatkan perubahan dalam cara mereka bergaul dengan teman sebaya. Berdasarkan hasil analisis survei terkait dengan pemerolehan dan penggunaan kosakata bahasa gaul pada peserta didik di beberapa sekolah di kecamatan Pariaman Tengah dengan 17 orang sampel didapatkan hasil sebagai berikut:

Pertama, setelah kuesioner dibagikan kepada responden didapatkan hasil sebanyak 59,9% peserta didik telah mengetahui kosakata bahasa gaul atau rata-rata kosakata bahasa gaul yang diketahui sebanyak 96 dari 160 kosakata yang disajikan. Dari 59,9% tersebut sebanyak 53,1% diantaranya sudah pernah digunakan oleh peserta didik dalam interaksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Adapun kosakata bahasa gaul yang seringkali peserta didik gunakan dalam pengucapan baik secara lisan atau tulisan seperti: abis, aja, alay, ambyar, galau, halu, ngadi-ngadi, asoi, au ah gelap, baper, cemen, elu, gua, lemot, sotoy, TTDJ, otw, kece, cumumut dan sebagainya.

Kedua, hasil analisis menunjukkan sebagian besar peserta didik tidak mengetahui makna ataupun arti setiap kosakata yang mereka gunakan dalam berkomunikasi. Hanya sebagian kecil yang benar-benar mengetahui arti setiap kosakata bahasa gaul yang dipergunakan. Hal ini diakibatkan karena suatu alasan yaitu peserta didik hanya ikut-ikutan agar mereka bisa menyamakan bahasa dengan teman-teman lainnya.

Ketiga, bahasa gaul rata-rata digunakan oleh peserta didik ketika berada di rumah teman atau bermain/berinteraksi dengan teman sebaya. Diketahui sebagian besar peserta didik lebih nyaman menggunakan kosakata bahasa gaul dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Walaupun dikesempatan lainnya, peserta didik juga menggunakan bahasa gaul dengan kakak/adik bahkan guru di sekolah.

Keempat, dilihat dari segi intensitas dalam hal penggunaan bahasa gaul lebih dari 50% menjawab kadang-kadang dan kurang dari 10% yang menjawab sering. Dengan demikian, peserta didik yang pada umumnya sudah mengetahui dan pernah menggunakan kosakata bahasa gaul dalam keseharian namun dari segi penggunaannya masih cukup rendah atau masuk kategori jarang digunakan.

Kelima, terkait dengan pemerolehan bahasa gaul diketahui secara umum peserta didik sekolah dasar memperoleh dari media internet semisal dari aktivitas bermain sosial media, You Tube, game online dan Tik Tok. Selain itu, aspek lingkungan sosial peserta didik juga turut mempengaruhi pemerolehan bahasa gaul. Hal ini dikarenakan peserta didik lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya sehingga secara tidak langsung akan turut terpengaruhi.

Berdasarkan paparan di atas, sekiranya diperlukan perhatian dari semua pihak terutama orang tua dan guru agar terus dapat mengawasi dan memantau perkembangan bahasa anak-anak terutama yang masih berada di jenjang sekolah dasar. Walaupun tidak bisa menghentikan secara utuh penyebaran bahasa gaul, paling tidak bisa mengurangi penggunaannya di dalam berkomunikasi sehari-hari. Hal ini tidak terlepas dari kewajiban setiap warga negara untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia dan menjaga eksistensi Bahasa Indonesia di tengah arus globalisasi yang begitu pesat saat ini.*

Penulis:
Adi Darma Surya, S.Pd.GSD., C.ELP., CH-Teacher. (Guru SDIT Chadidjah Kota Pariaman/Mahasiswa Pascasarjana Universitas PGRI Semarang)
Dr. Ngatmini, M.Pd.
(Dosen Universitas PGRI Semarang)

By Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *